Posted by: nadton hermawan
nadton hermawan, Updated at: Jumat, September 14, 2012
Kebiasaan menggonti-ganti kurikulum
pendidikan kembali terjadi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menjadwalkan akan menarik kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) tahun depan. Kurikulum tinggalan kabinet lama ini
dinilai sudah usang.
Ditemui usai meresmikan sayembara
pemilihan pendidikan dan tenaga kependidikan (PTK) berprestasi dan
berdedikasi tingkat nasional di Jakarta kemarin (4/9), Mendikbud M Nuh
menuturkan, kurikulum yang baru ini paling lama harus sudah dijalankan
2014. “Syukur-syukur tahun depan (2013, red) sudah selesai dibahas
sekaligus bisa dijalankan,” katanya.
Mantan rektor ITS itu mengatakan,
penggantian kurikulum dari KTSP ke kurikulum yang baru itu bukan berarti
ada yang salah dengan KTSP. Nuh mengatakan, pergantian ini bukan
berarti KTSP jelek. Dia tetap menegaskan jika KTSP itu baik. “Tentu baik
pada masanya. Dan sudah tidak relevan dengan masa kini, zaman sudah
berubah,” paparnya.
Nuh menjelaskan, jika KTSP yang sudah
berumur lebih dari satu dasawarsa itu memang layak diganti. Pasalnya,
dari pandangannya arus perubahan zaman sudah cepat. Di antara bentuk
perubahan zaman yang cepat dan menyalip KTSP adalah lingkungan belajar
siswa.
Pada saat KTSP disusun dulu, Nuh
mengatakan, sumber belajar para siswa hanya dari guru. Tetapi untuk saat
ini, banyak sekali media yang berkembang dan bisa menjadi sumber
belajar. Di antaranya adalah jaringan internet yang mulai menjamur.
Mantan Menkominfo itu juga mengatakan, kurikulum yang baru nanti harus bisa memberi semacam ciri khas pada sebuah pembelajaran.
“Ciri khas yang saya maksud adalah,
kuatnya budaya ilmu pengetahuan dalam pembelajaran,” ucapnya. Ciri
khas ini diharapkan bisa mengimbangi mobilitas ilmu, barang, dan manusia
yang saat ini semakin cepat.
Untuk urusan nama sendiri, Nuh masih
belum menyiapkannya. Dia mengatakan, yang penting adalah isi kurikulum
itu dituntaskan dulu. Baru kemudian membahas soal nama atau istilah
yang baru.
Nuh menambahkan, kurikulum yang baru
ini tidak akan melepaskan program pengembangan guru. Dia mengatakan,
percuma kurikulum bagus tetapi kemampuan gurunya tidak ditingkatkan.
Salah satu upaya menggenjot peningkatan kualitas guru ini adalah dengan
ujian kompetensi guru (UKG).
Di bagian lain, Kepala Pusat Pembinaan
dan Pemasyarakat Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kemendikbud Muhajir menjelaskan, penciptaan kurikulum baru harus
mengakomodasi nuansa keindonesiaan. Dia mengatakan, saat ini kondisi
kebahasaan Indonesia di sekolah-sekolah perlu ditingkatkan.
“Posisi bahasa Indonesia saat ini kalah
bergengsi dibanding bahasa Inggris,” ucap Muhajir dalam forum
keberagaman bahasa kemarin. Kondisi ini muncul karena dengan menguasi
bahasa Inggris bisa menghasilkan uang lebih banyak, dibandingkan hanya
menguasai bahasa Indonesia. Tetapi jika tidak dibentengi, Muhajir
khawatir semangat nasionalisme bisa pudar.
Dana Abadi Pendidikan Rp 10 T
Di sisi lain, skema baru dalam dunia
pendidikan di Indonesia akan mulai bergulir. Ini terkait dengan
keberadaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah
Kementerian Keuangan.
Direktur Utama LPDP Eko Prasetyo
mengatakan, saat ini pemerintah sudah menyiapkan dana hingga Rp 10,61
triliun dalam bentuk dana abadi pendidikan (DAP) yang akan dikelola
oleh LPDP. “Dana ini akan digunakan untuk memberikan beasiswa pada
jenjang perguruan tinggi, baik S-1, S-2, dan S-3,” ujarnya saat rapat
dengan Komisi XI DPR, kemarin (4/9).
Inisiatif untuk membentuk lembaga
pengelola DAP sebenarnya sudah ada sejak 2009 lalu. Tujuannya untuk
melengkapi program beasiswa yang sudah dijalankan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Agama
(Kemenag).
Karena itu, dana pun sudah mulai
dialokasikan pada 2010 sebesar Rp 1 triliun, pada 2011 sebesar Rp 2,6
triliun, dan pada tahun ini pemerintah tinggal menunggu persetujuan DPR
untuk alokasi dana sebesar Rp 7 triliun, sehingga total dana mencapai
Rp 10,6 triliun.
Eko mengatakan, dana itu disebut dana
abadi karena dana pokoknya tidak akan berkurang. Sebab, dana tersebut
akan diinvestasikan ke instrumen investasi rendah risiko seperti
deposito maupun surat berharga negara (SBN). “Hasil investasi itulah
yang digunakan untuk membiayai beasiswa. Kalau dana aslinya tidak
diutak-atik,” katanya.
Seberapa besar hasil investasinya?
Rupanya sangat besar. Eko mengatakan, hasil investasi yang
pengelolaannya dititipkan pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) tersebut
pada 2011 mencapai Rp 75,15 miliar. Tahun ini, hasil investasi periode
Januari-Agustus saja sudah mencapai Rp 134,53 miliar, sehingga total
hasil investasi sudah mencapai Rp 209,69 miliar. “Dana inilah yang akan
kami salurkan untuk beasiswa,” ucapnya.
Menurut Eko, saat ini pihaknya tinggal
menunggu persetujuan dari tiga menteri selaku dewan pengawas, yakni
Menteri Keuangan, Menteri Agama, dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Jika persetujuan didapat, maka LPDP akan langsung membuka
aplikasi pendaftaran beasiswa secara online, sehingga bisa diakses oleh publik.
“Tahun ini, target kami memberikan beasiswa untuk 3.346 orang dan tahun depan naik menjadi 13.934 orang,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar
Aziz mengatakan, DPR berharap agar beasiswa tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tapi juga bisa dinikmati
oleh masyarakat umum. “Selain itu, untuk orang yang sudah mampu
secara finansial, misalnya anak orang kaya, jangan diberikan beasiswa,
tapi semacam pinjaman, sehingga nanti mereka harus kembalikan setelah
bekerja,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Eko menyatakan,
beasiswa LPDP memang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, baik PNS
maupun masyarakat umum. Syaratnya, tentu saja berprestasi dan bersedia
untuk kembali ke Indonesia usai menyelesaikan pendidikannya.
“Untuk tahap awal, beasiswa memang
khusus S-2 dan S-3 di luar negeri. Ini supaya tidak tumpang tindih,
karena kalau beasiswa S-1 sudah banyak diberikan oleh Kemendikbud dan
Kemenag. Tapi, ke depan, kalau koordinasi sudah lebih rapi, kami juga
akan memberikan beasiswa untuk S-1,” ujarnya.
Adapun terkait pinjaman untuk pendidikan atau student loan,
kini LPDP tengah mempelajari mekanisme pemberian pinjaman kepada
mahasiswa yang sudah dilakukan oleh lembaga lain di banyak negara.
“Jadi, modelnya pinjaman lunak, mereka mengembalikan pinjaman dalam
jangka panjang setelah bekerja,” ucapnya. (jpnn)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda membantu blog ini agar lebih baik lagi!